Kyoto Jepang : Melewati Dimensi Melalui Fushimi Inari dan Terakota GuanYin di Sangjusangedo


Kali ini saya tidak berjalan sendirian. Ia adalah seorang sosok yang mengagumkan, kapalanya sudah memutih, badannya tegap dan ia telah berumur 60 tahun. Kami menjadi rekan perjalanan pada hari itu, Ko Apung yang berasal dari Surabaya juga seorang solo traveller. Malam pada waktu di hostel aku memakai baju dengan tulisan Indonesia, ketika kita berpapasan dia bertanya, " Are you Indonesian?' dan kami langsung bercerita banyak.
Ko Afung sedang bergaya di depan gerbang

Saya telah berkeliling di Tokyo, Nagoya dan Kyoto, saya sangat menyukai Jepang!", ujar Ko Apung dengan semangat berapi-api. "Mereka sangat sopan! Makanan murah dan enak-enak." Tidak hentinya ia memuji keadaan dan keindahan Jepang. "Hari ini mau ke mana?" ia bertanya dan sambil berjalan,"Kita ke kuil Sanjusangedo!"


Kuil Sanjusangedo berada dekat dengan hostel kami, kami meluncur dengan bus dan sampai hanya 10 menit saja. Jika China memiliki ribuan pasukan penjaga terakota di Xian, di Kyoto memiliki ribuan patung bodhisatva di Sanjusangedo. Kuil ini merupakan kuil Buddhist yang memiliki patung dewa-dewi ataupun Bodhisatva atau Arahat yang sangat cantik. Umurnya sudah ribuan tahun, terbuat dari bahan perunggu detil patung sangat menabjubkan!

Ko Apung berujar," Begitu indah dan mengena di hati. Ini adalah kumpulan patung terbaik di Jepang atau mungkin di dunia. Kamu beragama apa?" Ternyata kita merupakan pengikut Guan Yin, atau dikenal sebagai Kwan Im di Indonesia, dan kami langsung berlutut dan berdoa di depan patung Kwan Im. Perjalanan akan lebih lengkap kalau tidak hanya menggunakan kaki, roda ataupun sayap, kadang saat berjalanan kembali ke hati, bersyukur dan merefleksikan juga perjalanan yang tidak kalah luar biasa. Perjalanan ke hati ini sungguh menyejukan, bahkan berkat sudah selalu aku terima selama perjalanan yang bahkan sebelum kita memohon.

Inilah bangunan kayu sepanjang 120 meter, tempat diadakannya lomba panah
Sebagian kecil dari ribuan patung Guan Yin
Setelah menutup mata, mata terbuka dengan 1.000 patung Guan Yin yang disebut Kannon di Jepang. Rasa syukur terucap lagi dalam hati, sungguh indah. Didepanku dan di tengah kuil ini ada patung Guan Yin yang memiliki 1001 tangan dan  11 wajah. Beliau memiliki banyak wajah dan tangan sebagai simbol akan selalu mendengarkan dan membantu siapaun yang memanggil namanya dan akan datang dengan cinta kasih ke bumi ini.

Selain sebagai tempat berdoa, tempat ini juga merupakan tempat untuk berpanah. Kuil ini terbuat dari kayu sepanjan 120 meter, ini merupakan salah satu bangunan kayu terpanjang di Jepang. Dan disinilah kontes panah dilakukan setiap tahun sekali, dengan sangat lihai jarak 120 meter pun dapat memanah targetnya. Setelah berjalan disini kami berangkat dari melihat ribuan patung menuju tempatnya ribuan gerbang di Fushimi Inari!

"Istri saya sudah meninggal, anak-anak sudah bekerja sendiri dan usaha saya dibantu keponakan dan setelah Jepang saya akan jalan-jalan ke Makau." ujar Ko Apung dan ambisi mengelilingi dunia. Walaupun terpaut 40 tahun, dengan gairah kami akan dunia begitu besar kami begitu akrab dan bertukar cerita. Walaupun belum 24 jam, perasaan terikat bisa terbentuk begitu saja. Tidak bosan mendengar ceritanya akhirnya kami sampai di Fushimi Inari.
 

Fushimi Inari, ribuan gerbang merah yang disebut torii, berada di sebuah bukit, sebuah tempat mistis. Terus menerus melewati torii seolah membawa kami ke dunia lain, dunia yang diciptakan oleh rubah. Suasana ditambah menjadi semakin indah dengan para wanita Jepang yang menggunakan pakaian khas Jepang. Torii berwarna merah ini memiliki tulisan dan berbagai banyak ukuran ternyata torii ini adalah sumbangan pengusaha. Ternyata Fushimi Inari ini merupakan kuil untuk kekayaan, sehingga menjadi kuil yang ramai dikunjungi.

Inari Okami, merpakan dewa bagi nasi, sake dan kesejahteraan. Dipuja sebagai binatang keberuntungan bagi bisnis
"Ayo berfoto!'ujar Ko Afung, ternyata ia mau berfoto dengan gadis Jepang dengan Yukata. Ceklek, foto Ko Afung dengan dua gadis cantik diabadikan. Dalam hati ingin juga berfoto, tapi rasanya masih sungkan. Jadi saja saya tidak ada fotonya. Sedang Ko Afung senyumnya lebih lebar, puas dengan hasil jebretan ia dan dua gadis. Kami melanjutkan perjalanan di torii, ternyata tidak habis-habisnya. Ternata panjang torii ini hingga 5km, dan membutuhkan waktu 4 jam untuk mengintari Fushimi Inari.
 
Kuil utamanya tidak berada di puncak, namun di pertengahan saja. Terdapat sebuah batu untuk diangkat, konon jika terasa ringan maka hidup anda juga seringan mengangkat batu. Pas mengangkat batu tersebut, ternyata tidak ringan. Batunya memiliki berat sekitar 8 kg, ternyata terasa berat juga. Kalau Ko Afung tidak mau mengangkat, wajar karena dia lebih menyayangi tubuhnya. Perjalanan kami hanya sampai setengah jalan, Ko Afung sudah merasa capai karena pemandangannya terus menerus torii yang membuatnya bosan. Saya sendiri masih betah, namun saya ikuti saran Ko Afung dan kami akhirnya balik ke hostel. Ko Afung sudah kecapaian, sehingga setelah sampai dia tidur siang dulu sedangkan saya pergi ke Kiyomizu-dera.

Nama yang terdapat di gerbang ini bukanlah doa tetapi bukti sumbangan para pebisnis.


Perjalanan kali ini jadi berasa sepi, ternyata setelah setengah hari ada teman kali ini saya sendirian lagi. Kiyomizu-dera memberikan suasana keceriaan baru, gerbang depannya berwarna merah terang. Para pengunjung juga tidak berhenti datang, sungguh meriah suasana di sini. Kiyomizu-dera terletak di timur Kyoto dan juga terletak di atas bukit. Di dalamnya terdapat banyak komplek kuil yang terbuat megah dari kayu.

Satu-persatu aku kunjungi, dan disini terlihat perpaduan antara agama Buddha dan agama lokal Jepang yaitu Shinto. Selain Bodhisatva yang telah mencapai kesempurnaan, terdapat juga dewa-dewa lain seperti dewa kantong uang. Figur-figurnya terasa familiar, karena kisah-kisah mitologis Jepang dihidupkan melalui game. Ini adalah salah satu wujud dari kebudayaan yang mampu dihidupkan kembali di dunia modern, tidak seperti di Indonesia di mana mitiologis belum bisa dikemas dalam kekiniannya.

Pintu Gerbang di Kiyomizu dera
Batrai habis jadi menyadi gambar dari pinphoto di Kiyomizu

Inilah air yang dinantikan supaya awet muda dan diberkati dengan keberuntungan
Kuil utama di sini adalah Amida, penguasa surga bagian barat. Bagi siapapun yang selalu berdoa pada Amida maka ia dapat lahir kembali di surga barat dan mendapatkan semua ilmu untuk menjadi Buddha. Sehingga salah satu sekte ini adalah tanah murni Buddha yang mengacu pada surga Amida. Di atas kuil ini sungguh indah, musim panas memberikan warna hijau dan bangunan tradisional di lereng gunung. Di puncak bukit ini menghasilkan mata air, dan tidak luput dari mantra Amida. Para pengunjung tidak ingin melewatkan air suci, sayapun ikut mengantri, minum dan cuci muka dengan air tersebut. Sungguh menyegarkan.

Tidak jauh dari Kiyomizu Dera saya mampir di daerah Gion. Gion merupakan daerah yang dulu merupakan tempat hiburan para pria oleh Geisha. Distrik ini juga disebut dengan Geisha District, bangunan di daerah sini juga masih terjaga dari Jaman Edo. Toko-toko sovenir dan rumah teh bertebaran di sini, saya menghabiskan waktu dengan menikmati green tea ice cream, sambil menantikan geisha yang lewat di sini.

Sepanjang jalan Gion adalah bangunan tradisional yang menjadi pusat kehidupan bagi turis .

Komentar

Postingan Populer

Agoda