Arashiyama: Spiritualitas Sejarah dan Ketenangan di Dalam Hutan Bambu Kyoto
Saat ini saya berada didalam hutan bambu, setelah melewati
jembatan Arashiyama saya kembali ke dalam lokasi mistis. Berjalan di jalan
setapak selebar 3 meter dan dikelilingi dengan bambu setinggi puluhan meter,
dengan suasana tenang sungguh pemandangan menajubkan. Inilah Arashiyama, tempat
wisata di tetangga Kyoto, yang tidak boleh anda lewati saat ke Jepang.
Musim panas di hari libur Obon para warga Jepang bermain ke
sini. Di bawah jembatan Arashiyama, mengalir aliran sungai air yang bersih.
Para anak-anak dan kaum pria yang tidak tahan dengan panas terik musim panas
segera berenang di dalam sungai.Jembatan kayu ini adalah jembatan yang aku
lewati sebelum masuk di dalam hutan bambu. Patung-patung Buddha baik yang chibi
ataupun yang anggun ikut menambah keelokan daerah ini.
Jiwa Manga sudah tertanam sejak dahulu, terbukti dari bentuk patung di sekitar sini |
Hutan Bambu Arashiyama |
Menyusuri hutan bambu ini aku melihat sebuah kuil Shinto. Sebuah kombinasi yang menarik, bangunan warna merah terang di tengah hutan bambu. Datang pada pagi hari, membuat aku tergerak untuk mengikuti ritual masuk ke kuil. Pertama sucikan diri dengan cuci muka, biasanya disediakan sendok panjang dan aliran air dari pancuran. Lalu pergilah ke bangunan utama, tepuk tangan dua kali lalu panjatkan doa. Terakhir sediakanlah uang koin untuk dimasukan di dalam kotak yang biasa disediakan. Ritual di bawah hutan bambu ini sungguh menambah semangat menyusuri Arashiyama
Tidak jauh dari hutan bambu saya melanjutkan perjalanan ke
kuil Tenyruji. Kuil ini merupakan kuil yang lengkap dengan kebun batu ataupun
kolam dan kebun tanaman. Setelah melepas alas kaki dan masuk, saya terkesan
dengan kesederhanaan lukisan Bodhidarmma yang berada di tengah. Bodhidarma
adalah seorang biksu dari India yang membawa pengaruh Buddha di timur jauh
Asia, dari kuil Shaolin di China hingga mainan Daruma di Jepang. Ia datang dan
membakar semua buku kita keagamaan dan ajaran Buddha terwujud dengan gerakan
kungfu di China, sedangkan di Jepang sudah meresap ke dalam kebudayaan Zen.
Budaya Zen meresap pada lukisan yang mengedepankan
kesederhanaan dan kejujujran hati, lukisan Boddhidarma setengah badan berada di
depan kuil. Manifestasi Zen tercermin pada budaya minum teh, menghias bunga,
hingga pada budaya samurai. Di teras belakan kuil ini, terdapat sebuah lukisan
alam. Kombinasi kebun batu, pepohonan, bukit dan kolam merupakan lukisan yang
hidup dan layak dinikmati. Namun rahasia Tenryuji bukan hanya lukisan Zen ,
terdapat lukisan naga yang konon dapat memandang seperti petir.
Kebun di Tenyruji, didisain sebagai lukisan yang hidup |
Monyet merupakan makhluk yang jahil, cerdas dan sangat
adaptif. Monyet Jepang merupakan satu-satunya primata yang dapat hidup dan
melewati musim dingin di Jepang, mereka juga seperti manusia saat musim dingin
pergi berendam di kolam air panas. Di Iwatayama terdapat penangkaran monyet
tersebut dan tak kuasa menahan penasaran perilaku monyet tersebut.
Perjalanan harus dilewati melalu bukit, memakan waktu
sekitar 45 menit. Saat sampai puncak saya dimanjakan pemandangan indah
Arashiyama di atas bukit. Meskipun berada di puncak musim panas, saya cukup
terlindungi oleh hutan lindung di sana dan semilir angin yang menyejukan. Ketika
melihat monyet keadaanya terbalik, kita pengunjung berada dalam kerangkeng besi
sedangkan monyetnya bebas sebuah hal yang lucu. Monyetnya tidak terlalu banyak
dan kebanyakan dari mereka hanya bermalas-malasan, tidak seperti di televisi
yang para monyetnya lagi bermain salju atau berendam. Wajar saja, udara panas
kadang membuat para monyet berdiam diri. Pemandangan utamanya adalah apa yang
terbentang di atas bukit itu sendiri, Arashiyama yang indah ditemenai para
monyet.
Puas menikmati pemandangan alam, perut sudah mulai lapar.
Perjalanan kembali menuruti bukit dan masuk ke hutan bambu. Saya lanjutkan
perjalanan sekalian ke utara dan melalui hutan sambil terpikir untuk makan.
Seolah fatamorgana, terdapat kedai kecil di dekat sana dan saya langsung
menghampiri Kedai ini ternyata menjual soba, sejenis mie yang disajikan dingin
dengan kecap asin. Pemilik kedai ini adalah sepasang suami istri yang sudah tua,
bangunan tuanya memiliki kesan modern di dalam.
Saya langsung memesan soba dan tidak lama disajikan langsung
oleh sang nenek. Sang kakek sibuk dengan masak-memasak sedangkan para tamu dilayani
langsung dengan ramah. Saya tidak pernah terpikir sebelumnya, kalau mie soba
dan kecap asin bisa menjadi sangat enak. Entah terbawa suasana atau lapar atau
memang enak, tetapi kesegaran soba masih terbawa memori kenikmatannya hingga
sekarang. Semenjak itu saya mencari dan memesan soba di tempat lain, tetapi
kenikmatan dalam kesedarhanaan di Arashiyama tidak pernah dapat tergantikan.
Setelah penuh tenaga akhirnya saya melanjutkan semakin jauh
ke utara hingga daerah Sagano. Sagano merupakan desa pusat pos surat dan
memiliki banyak bangunan tradisional. Melewati bangunan tradisional di sini
akan membawa imaji jauh ke belakang, begitu terjada dan tidak seramai di Gion.
Aneh memang, suasana sepi ini justru membuat pikiran lebih ramai dengan reka
ulang daerah ini di masa lalu, ketika orang masih membawa samurai, dan para
pedagang riuh memanggil. Saya pikir imajinasi orang Jepang, mengalir seriring
juga dengan suasana dan aristektur yang indah
Akhirnya sampai juga di tujuan akhir, sebuah kuil atau
kuburan atau tumpukan batu yang begitu indah yaitu kuil Adashino Nebutsuji.
Biksu Kukai membangun kuil Buddha tertua di Kyoto di sini, ia membangun ribuan
patung Buddha untuk mengenang mayat yang ditinggalkan, kematian yang terlantar
dan dikumpulkan lalu didoakan bersama di sini. Melewati bebatuan dan patung
Buddha dengan suasana kematian, bercampur rasa sesak dan kagum di tumpukan
batu. Kuil ini tidak sengaja ditata rapi, namun peletakan acak juga memiliki
keindahan sendiri. Saya ikut menghormati, mengenang, bahwa tidak semua
kehidupan memiliki kisah yang diceritakan, orang-orang yang dilupakan sejarah,
sebuah keindahan akan misteri kehidupan.
Tumpukan batu di Adashino yang memiliki kecantikan yang unik |
Buddha menyertai nisan orang tidak dikenal |
Suasana ini semakin pas karena bertepatan dengan perayaan Obon yaitu perayaan untuk mengenang orang yang telah meninggal. |
duh, bikin pengen ke Jepang. Seruu..
BalasHapusiaa.. abis keluar visa gratis ma langsung brangkat aja
BalasHapusSejarah hutan bambu tropis\indonesia , apa ada yang tau,atau kah ada pakar yang mengulas tentang ini ,mohon bantuan ,sehingga menjadi tegakan\rumpun baru, karena ,manusia terlahir hutan bambu, tropis sudah terbentuk secara alami, tanfa sentuhan manusia , mari kita telusuri.terbentuknya hutan bambu,di indonesia, sehingga menjadi hutan yang banyak orang terlibat di dalamnya terima,ksih artikelnya, keren banget tuh
BalasHapus