Gua Jomblang, Jogjakarta: Perjalanan ke Pusat Bumi Melihat Cahaya Surga
Alam merupakan seniman paling agung, sebuah penempatan antara gua, pepohonan dan seberkas sinar matahari membuat Gua Jomblang menjadi permainan cahaya yang sangat cantik. Gua Jomblang begitu menarik karena didalam gua ini kita dapat melewati terowongan dan sampai di fenomena cahaya di gua grubug. Seberkas sinar cahaya, membawa decak kagum hingga interpetasi cahaya dari surga.
Fenomena Cahaya Surga di Gua Grubug |
Para Jagoan menuruni gua Jomblang |
Photosphere Goa Jomblang by Timotius Setiadi |
Terletak di provinsi Jogjakarta, kabupaten Gunung Kidul menggerakan
kaki ini berangkat dari Bandung menuju lokasi. Gua ini tergolong tempat wisata
yang baru dan cukup ekslusif. Harganya tidak terbilang murah yaitu 450 ribu,
namun melihat indahnya gua ini dari jebretan dan salah satu iklan rokok kami
akhirnya mengunjungi, sebuah fenomena unik di dunia dan dimiliki Indonesia.
Irang, patner perjalanan selalu bilang, kita harus berani membayar mahal untuk
kelestarian tempat wisata dan Indonesia memang layak berharga mahal.
Kami berangkat dari Jogjakarta jam 7 pagi, kami melewati
perbukitan sebelum akhirnya sampai di Wonosari. Dari Wonosari menuju lokasi
sudah tidak jauh, sekitar 20 menit. Arah menuju goa ini sama dengan menuju
pantai Baron, lalu jika melihat tanda menuju Kalisuci masuklah ke sana. Nanti
di pos jalan Jomblang, kita bisa minta dijemput landrover karena melewati jalan
berbatu. Penting untuk diingat, anda harus melakukan pemesanan terlebih dahulu
sebelum datang di sini, karena goa ini hanya memiliki quota 30 orang saja per
harinya.
Pak Cahyo sebagai pengelola lokasi ini membangun sebuah
pondokan dan kamar mandi yang sangat nyaman. Kami diantar ke sebuah pendopo dan
langsung diberikan welcome drink teh poci. Sambil menunggu waktu yang tepat
sekitar jam 11 untuk dapat melihat fenomena cahaya, kita minum teh dan melihat
mulut gua. Mulut gua ini sendiri memiliki kedalaman 60 meter dengan luas mulut 50
meter persegi. Untuk dapat turun ke dalam mulut gua kita dengan pengalaman
petualangan, dengan seutas tali yang ditopang oleh pohon dan dijaga oleh
petugas keamanan. Lalu tali ini ditarik dan diturunkan secara vertikal hingga
dasar gua.
Mulut gua Jomblang yang ditumbuhi pepohonan |
Menuruni Goa Jomblang |
Tak ayal ini membutuhkan nyali, seteah melihat besar dan
dalamnya lubang sempat juga berasa takut. Rasa takut ini dibawa saja, dan saya
hanya melihat ke langit. Namun pengalaman ini layak untuk dirasakan, ternyata
tidak menakutkan sama sekali justru menyenangkan layaknya sedang terbang.
Sesampainya di dasar
gua kita akan disambut oleh pepohonan pakis dan paku. Hutan didalam gua ini
terpisah dengan dunia luar semenjak jutaan tahun lalu, sehingga memiliki
tanaman yang berbeda dengan di luar. Ini merupakan harta karun bagi ilmu
pengetahuan, dan terdapat tanaman menarik seperti buah berwarna merah ataupun
daun yang berlubang. Masuk ke dalam sini dan mendengar cerita hutan purba seolah-olah
masuk ke dalam jaman jura.
Buah-buahan endemik Hutan Purba |
Perjalanan turun masuk dalam perut bumi |
Kami melanjutkan perjalanan masuk ke dalam mulut gua.
Perjalanan sedikit terjal menuruni bukit di dalam gua lalu masuk ke mulut gua
kelelawar. Gua sepanjang 100 meter ini akan membawa kita menuju gua grubug,
dimana fenomena cahaya surga berada. Di dalam gua telah diberi fasilitas
penerangan dan dibantu senter sehingga tidak akan ada masalah.
Terlihat seberkas cahaya diujung mulut gua, dan masuk ke
dalam ruangan ini sungguh pemandangan yang indah. Di dasar gua terdapat aliran
sungai di dalam gua, bebatuan gamping berwarna putih susu, dan seberkas sinar
cahaya yang menyinari. Decak kagum membuat saya terdiam dan melihat sekeliling
gua, ini pemandangan yang inah. Naik ke batu gamping tersebut lalu ada tetesan
air mulai mengenai tubuh, lalu melihat ke atas cahaya. Mengagumkan!
Bergaya disinari Goa Jomblang |
Naik kembali ke permukaan bumi |
Pemandangan saat menuruni gua |
Setelah puas selama satu jam memandanggi dan merasakan
suasana di dalam Gua Grubug saatnya kembali ditarik naik ke atas. Masuk ke
dalam gua, menerima cahaya, dan kembali keluar dan melihat langit yang luas
seperti proses masuk ke dalam rahim bumi dan lahir kembali. Perasaan begitu
bebas dan lepas ketika diangkat kembali, saat ditarik kami ditarik oleh 5 orang
penduduk setempat. Letih dan puas kita disambut dengan makan siang lodeh dan
lantutan musik Jawa. Saat itu melihat ke atas langit, dan bersyukur atas
indahnya cahaya yang tidak terhingga setiap harinya.
Photo by slvktr Pandu Prasetya
Visit 360 degree view by Timotius Setiady
Komentar
Posting Komentar