Kuala Lumpur : Petaling - Sri Mariamman - Clock Tower - Mesjid Jamek - Central Market- Ikan Bakar Portugis
Jalan Petaling, terlewati bau obat pahit dari Tiongkok, ditemani dengan barang-barang yang tidak membuatku tertarik untuk diperhatikan. Saya melewati jalan ini, hanya untuk merasakan atmosfirnya. Udara panas Kuala Lumpur, beberapa orang dari sana yang turut menjajakan daganganya dan banyak pula turis mencari barang untuk cinderamata atau hanya lewat dan meramaikan jalan yang sempit ini.
Petaling Street |
Melewati jalanan Petaling, saya melanjutkan perjalanan ke
sebelah barat kota KL. Saya pergi meninggalkan aroma China Town, berjalan
melewati "melting pot" KL yang membanggakan diri sebagai Truly Asia.
Slogan ini cukup sukses dalam perjalanan promosi Malaysia, setelah melewati
aroma China tidak jauh dari Petaling ada aroma Tamil di Sri Mariamman.
Suasana di Sri Mariamman sendiri menginatkan saya pada Sri
Mariamman di Singapore. Gerbang yang penuh warna-warni dewa-dewi begitu
mencolok mata. Saya sendiri merasakan tempat ini menjadi tidak terlalu istimewa
karena merasa ini hal yang sama seperti di Singapura. Pada akhirnya [erjalanan
saya,membutuhkan sesuatu yang baru terus-menerus sehingga menjadi excited . Ini
menjadi suatu harapan yang melelahkan, apalagi globalisasi membuat kota semakin
lama semakin sama.
Saya melanjutkan perjalanan ke central market. Di
tengah-tengah saya menemukan tugu jam yang bergaya art deco. Jam itu sendiri
tidak berdiri megah, berwarna hitam dan tidak terlalu tinggi. Nah, ini jam membuat saya betah berlama-lama
dan terkagum oleh bentuknya. Konon menurut deskripsi jam ini merupakan sebuah
bangunan revolusioner pada tahun 1930an yang dibangun oleh raja George termasuk
pada produk kubisme dan futurisme.
Sri Mariamman |
Central Market |
Di tengah-tengahnya terdapat air mancur, entah mengapa saya
sangat menyukai tempat ini. Gaya art deco nya mengingatkan saya pada jalan Asia
Afrika di Bandung, dan penempatan tugunya mengingatkan saya pada tugu
pembebasan di Chongqing. Anehnya, kemiripan ini tidak membuat saya merasa
kecewa. Kebalikannya, saya merasakan nostalgia pada tempat yang belum pernah
terbayangkan sebelumnya. Padahal, menara ini sendiri tidak termasuk pada jadwal
tempat yang perlu dikunjungi, sebuah kejutan kecil selalu membuat saya senang.
Clock Tower |
Melangkah sebentar saya kembali melihat landmark kota KL,
mesjid tertua di KL, Mesjid Jamek. Mesjid yang berwarna dan berintonasi antara
putih dan merah, tidak umum dijumpai di Indonesia. Ini mesjid begitu unik,
lebih bergaya Muhgal India. Perpaduan gaya Muhgal dari India di tanah Melayu
ini tidak lepas dari pengaruh dari kolonial Inggris yang mempercantik kota ini.
Masjid Jamek |
Tempat terakhir yang disinggahi, pasar seni atau central
market. Gerbangnya berwarna biru dan tertulis 1888, selain gerbangnya di
dalamnya sendiri terdapat barang seni Malaysia yang tidak terlalu menarik bagi
saya. Saya kembali ke jalan Petaling untuk kembali mencari kuliner unik. Pilihan
saya jatuh pada, ikan bakar Portugis. Ikan bakar Portugis ini sendiri
sebenarnya berasal dari Malaka, dan tersasar juga di KL. Saya tahu tempat ini
dari majalah Malaysia Airlanes, dan kata Portugis itu sendiri cukup unik. Saya
yakin, walau namanya Portugis namun pasti berbeda dengan bumbu masak asalnya.
Tempatnya tersembunyi, saya sudah berputar-putar di jalan Petaling. Saya
menemukan dengan mencium bau ikan laut, dan memang tulisannya kecil. Patokannya
cari saja gedung bank Hong Leong di jalan Petaling, masuk aja langsung ke
tendanya. Ternyata tukang masak dan pemiliknya orang Chinese, bukan orang
Portugis. Masakan yang dapat dipilih ternyata tidak cuman ikan bakar, bisa juga
pakai cumi, udang, ataupun kerang. Saya pilih kombinasi antara ikan pari dengan
kerang.
Ikan Bakar Portugis |
Ikan dan kerang ditaruh di atas daun pisang, lalu ditambah
dengan saus berwarna merah lalu dibungkus dengan alumunium foil sebelum
dibakar. Sambil menunggu lamanya waktu pembakaran, saya sempat memesan air mata
kucing. Warnanya hitam dan rasanya manis, rasanya seger sambil menunggu menu
utama datang. Ikan bakar Portugis tiba, langsung dilahap dengan nasi. Rasanya
sangat segar, dengan aroma jeruk nipis dan tidak berbau anyir. Rasanya agak
pedas, dengan aneka rempah dan bahan segar. Sangat rekomendasi, dan hari itu
pun dengan cepat habis.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus